Foto : Ibu Nining (Garuda. Id) |
"Kalau nempatin WC memang nggak boleh, kan ini dibangun di sebelahnya," ujar Nining kepada wartawan di Cigeulils, Pandeglang, Banten, Senin kepada Bahtiar detik (15/7/2019).
NIning mengaku sempat putus asa menjadi honorer sejak 2004 di sekolah ini. Dia hanya mendapat upah Rp 350 ribu yang dibayarkan pertiga bulan.
"Putus asa karena pemerintah nggak ada kebijakan buat saya, putus ada usia sudah tua bagaimana selanjutnya kalau nggak ada perhatian dari pemerintah," katanya.
Dia masih menyimpan mimpi untuk diangkat oleh pemerintah menjadi PNS. Jika pun tidak, ia meminta pemerintah memberikan perhatian kepada para honorer.
"Mau kecil, mau besar saya ikhlas terima," ujarnya.
Untuk kebutuhan sehari-hari, ia menjual makanan kecil untuk murid-murid. Suaminya sendiri bekerja serabutan. Nining mengaku punya 2 anak. Satu sekolah di tingkat MTS dan satu kerja.
"Anak harus sekolah terus, saya semangat untuk biaya sekolah. Harapannya pengin jadi anak pintar" katanya.
Guru honorer sejak 15 tahun ini memanfaatkan lahan kosong di samping toilet untuk keduanya tinggal. Mereka membuat bangunan seadanya menggunakan tripleks.
Ada ruang yang dijadikan tempat tidur dengan satu kasur. Tempat ini juga mereka manfaatkan untuk menjual camilan untuk anak sekolah.Meski memanfaatkan toilet sekolah sebagai bagian dari rumahnya, Nining mengaku tidak terganggu. Ia memanfaatkan toilet untuk dijadikan dapur dan kebutuhan kakus. Sementara, ia memanfaatkan lahan di samping toilet untuk tinggal sehari-hari. (Red)
0 komentar:
Posting Komentar