Muara Enim, TNS - Wakil bupati Muaranim H.Jeuarsah SH membuka peringatan hari Santri Nasional yang di gelar di Pondok Pesantren Darus Sa'adah Muaraenim,Senin, (22/10/2018).
Dalam peringatan Hari Santri Nasional kali ini mengangkat tema Istighosah Kubro Dan dengan Pengajian Umum Bersama PBNU Muaraenim Dan Majelis Miftahul Huda,"Bersama Santri Damailah Negeri".
Dalam kesempatan itu wakil bupati Muaraenim H.Juarsah SH mengatakan, sebagaimana kita ketahui bersama bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dengan berbagai macam kekayaan Alam, Suku dan Budayanya, namun dari berbagai suku dan budaya itu kita tetap dalam satu kesatuan yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan demikian kita semua berkewajiban untuk menjaga kedaulatan NKRI, hal ini sebagaimana yang pernah dicontohkan para Ulama kita terdahulu yakni K.H Hasyim As'ari pendiri Nahdlatul Ulama.
"Membela Tana air dari penjajah hukumnya fardlu'ain atau wajib bagi individu",ujar Juarsyah.
H.juarsah SH juga mengatakan, ungkapan tersebut dijadikan sebuah resolusi Jihad NU tanggal 22 Oktober 1945 Menjaga Tanah Air hukumnya wajib, kala itu penjajah kembali datang dan merebut kembali Indonesia, para Santri yang dikomandoi para Ulama menggalang hal itu, hingga terjadi pertempuran selama tiga hari berturut turut yakni tanggal 27 s/d 29 Oktober, yang menewaskan ribuan penjajah dari Inggris bahkan pimpinan Brigadir Jendral Aulbertin Walter Sothern Mallaby pun tewas dalam pertempuran tersebut.
"Dalam peperangan melawan para penjajah Santri menjadi Garda terdepan membela tana air Indonesia,yang mana pertempuran itu berlangsung disurabaya, dan hingga pada tanggal 10 November sehingga dinamakan hari Pahlawan Nasional,"terang Wabub.
Santri dan arek - arek suroboyo lanjut Juarsah berani dan mengorbankan jiwa dan raganya untuk tanah air, dibantu berbagai elemen lapisan Masyarakat yang datang dari berbagai penjuru tanah air, bukan main pengorbanan bangsa saat itu, dan semua kejadian itu tidak lepas dari perjuangan Ulama dan Para Santri.
"Santri yang dengan kesadaran nasionalisme dan kecintaanya kepada tanah air membuktikan dengan sebuah perlawanan kepada penjajah walaupun hanya dengan bersenjatakan tradisional
dengan bambu runcing sedangkan para penjajah menggunakan peluru serta meriam,namun penjajah tidak mampu menembus lapisan para santri dan Masyarakat yang melawan pada saat itu."tegas Juarsyah.
Kemudian,Pemerintah Indonesia rupanya mengakui jasa para Santri, sehingga dijadikan tanggal 22 Oktober sebagai hari Santri Nasional dan saat ini tiap - tiap Pondok Pesantren ramai merayakan hari tersebut sebagai hari yang sangat bersejarah, meskipun Pemerintah menetapkan tanggal 22 Oktober merupakan Hari Santri Nasional akan tetapi hari tersebut bukanlah hari libur atau tanggal merah.
Terlepas dari itu sambung Juarsah lagi,semua hal yang perlu kita perhatikan adalah begaimana menjaga kedaulatan NKRI dan melindungi tumpah air kita, dari berbagai macam bentuk penjajahan apapun, dan saat ini kita semua sadar mereka para penjajah mencoba menjajah kita dengan cara lain, dengan demikian marilah kita jaga bangsa dan tana air kita.
"Kepada para santri Kita berharap agar terus mencoba untuk mengenang dan mempelajari arti sebuah perjuangan, yang diimplementasikan dengan pola masa yang seperti sekarang ini, dan tentunya dengan tuntunan para Ulama yang kitacintai,mari kita jadikan peringatan hari santri Tahun 2018 ini sebagai momentum penguatan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, agar kita semua dapat terhindar dari segala bentuk", pungkas Juarsah.(Krits)
0 komentar:
Posting Komentar